Sabtu, 16 Juni 2012

Tanda Wali Allah


 Maha Suci Allah Dzat yang tidak menjadikan bukti atas para waliNya, kecuali bukti itu mengarah padanya (karakteristiknya), dan Allah swt tidak menyambungkan pada mereka (mengenalkan pada mereka) kecuali pada orang yang dikehendaki untuk sambung kepadaNya.

syeikh Ibnu Athaillah  as-Sakandary dalam memasuki ungkapan hikmah ini diawali dengan tasbih kepada Allah Swt, semata karena tiga faktor:

Merasakan keagungan dan kebesaran perkaraNya,
Mengingatkan bahwa para wali Allah itu disucikan melalui penyucianNya.

Isyarat tidak adanya kesamaan indikator dari ungkapan rasa dan tujuan ucapan, sebagaimana Allah Swt tidak dikenal kecuali dari yang tampak dari tindakanNya, begitu juga wali tidak dikenal kecuali dari sifat-sifatnya yang tampak, juga mengenal wali itu tidak bisa digambarkan kecuali setelah mengenal Allah Swt, yaitu futuh dari Allah Swt.

Dalam kitab at-Tanswir, Ibnu Athaillah menegaskan, “Dan hal demikian, dikarenakan iman itu disebabkan oleh keterbukaan dari Allah Swt, sehingga tidak akan ada iman kecuali karena dibuka oleh Allah Swt.”
Wali itu sendiri menurut Syeikh Zarruq r.a. dikenal melalui tiga karakter:
Memprioritaskan Allah Swt.
Berpaling (hatinya) dari makhluk.
Disiplin terhadap Sunnah dengan benar.

Abu Ali al-Jurjany mengatakan, “Sang wali senantiasa fana’ dalam ruhaninya, Baqa’ dalam musyahadah kepada Allah Swt, dan Allah Swt memberikan limpahan pengaturan, sehingga cahaya-cahaya kewaliannya melimpah padanya. Kemudian ia tidak memiliki kabar dari dirinya, dan tidak memiliki tempat berteguh kecuali hanya pada Allah Swt. Dan dalam Isyarah dari Allah Swt, bahwa Auliya’ Aku sebut sebagai Auliya’ karena mereka mereka hanya (cinta) kepadaKu, bukan pada yang lain  (makhluk) “
Simpulnya sang wali itu senantiasa mendapatkan limpahan ruhani dari Allah Swt, sehingga tak pernah sekalipun meninggalkan Allah Swt untuk selain Allah Swt., lahir maupun batin. Allah Swt, melimpahkan kewalian dan tak pernah menanjak pada yang lainNya, dan karena itulah yang terpenting mereka ini senantiasa dijaga oleh Allah Swt, dan bersambung dengan Allah Swt menurut kadar dan bagian masing-masing.

Siapa pun tidak akan sampai mengenal para wali itu, sepanjang ia tidak wuquf (perteguh) pada perintah dan menjauhi larangannya, berkait dengan hasrat dan ruhaninya, karena itu –tidak diragukan lagi– merupakan kunci wushul pada Allah Swt.

Dalam sebuah riwayat dijelaskan, “Bersamalah kalian dengan Allah Swt, bila kalian tidak bisa bersamaNya, bersamalah dengan orang yang bersama Allah Swt, karena ia menyambungkan dirimu denganNya.”
Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily r.a. mengatakan, “Bergabunglah (bergurulah) pada orang yang apabila ia menyebut senantiasa ia mengingat Allah, sesungguhnya Allah Swt mencukupinya ketika ia hadir, dan menjadi Penggantinya ketika ia tidak ada. Ungkapannya adalah cahaya bagi hati, dan penyaksiannya merupakan kunci-kunci rahasiaNya.”    wallohu a'lam bisshowab (sufnews)
Sumber:http://ashakimppa.blogspot.com/2011/12/tanda-tanda-walinya-alloh.html

Hadits tentang wali Allah

Ada hadits Qudsi) adalah dari Nabi saw akan tetapi maknanya dari Allah swt.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda :
“Allah swt berfirman : “Barangsiapa yang menunjukkan permusuhan dengan Wali-Ku maka Aku menyatakan perang dengannya.”

‘AL WALI’ ADALAH INDIVIDU YANG DICINTAI OLEH ALLAH SWT.

Sambungan hadist tersebut adalah :
“….Tidaklah hambaKu mendekatiKu dengan suatu pekerjaan yang lebih Aku sukai daripada dia mengerjakan apa yang Aku telah fardhukan ke atasnya. Dan sentiasalah hambaKu mendekatkan dirinya kepadaKu dengan melakukan yang sunat sehingga Aku cinta kepadanya. Ketika Aku mencintainya, Aku akan menjadi pendengarannya yang ia mendengar dengannya, menjadi penglihatannya yang ia melihat dengannya, menjadi tangannya yang ia bergerak dengannya dan menjadi kakinya yang ia berjalan dengannya. Dan sesungguhnya, jika ia meminta kepadaKu, niscaya Aku berikan kepadanya; Dan sesungguhnya, jika ia memohon perlindungan kepadaKu niscaya Aku berikan perlindungan kepadanya.” (HR Bukhari)

Hadits ini membahas banyak persoalan, tetapi ianya menjadi penting ketika Allah swt berfirman,
“Barangsiapa menunjukkan permusuhan dengan Wali-Ku maka Aku menyatakan perang dengannya.”
Wali Allah sangat tinggi darjatnya di sisi Allah. Atas sebab inilah jika ada sesiapa yang memusuhi Wali-Wali Allah iaitu mukmin yang bertaqwa maka itu bererti ia memusuhi Allah dan Allah istiharkan perang kepada orang tersebut.
Setelah Allah swt menjelaskan amaranNya terhadap orang yang memusuhi dan membenci WaliNya, lalu seterusnya Allah menyebut pula beberapa sifat yang dimiliki oleh WaliNya yang kerana sifat-sifat itulah menjadikan mereka hampir denganNya.
Disebabkan pernyataan Allah yang tegas itulah, ianya menjadi penting untuk kita mengetahui siapakah ‘Wali Allah’ yang dimaksudkan itu dan apakah erti ‘Wali’ itu sendiri.
‘AL WALI’ ADALAH  ORANG YANG DEKAT KEPADA ALLAH SWT.
Wali menurut bahasa ertinya ‘qarib’ yakni dekat. Jadi Wali Allah (kekasih Allah) ialah orang yang sentiasa bertaqarrub (mendekatkan dirinya) kepada Allah swt.
Bagaimanakah seseorang boleh dekat dengan Allah?
Caranya ialah dengan :
  1. Memenuhi kewajiban-kewajiban dan tugas-tugas yang Allah perintahkan.
  2. Menjauhkan diri dari apa yang Allah larang.
Jadi apabila sahaja kita mendengar perkataan “Waliyullah atau Auliyaa’ Allah” (bentuk jamak), ianya menunjukkan kepada orang yang dekat kepada Allah dan orang yang dekat kepada Allah adalah orang yang :
Sempurna dalam melaksanakan tanggungjawab yang diperintahkan.
  1. Sentiasa berbicara tentang kebenaran.
Di atas dasar itulah, Imam An Nawawi mengertikan ‘Wali Allah’ disini ialah orang yang beriman (mukmin).
Jadi mukmin yang :
  1. Tekun beribadat lagi tabah dalam mentaati Allah.
  2. Melaksanakan suruhanNya dan menjauhkan dirinya daripada maksiat.
  3. Tidak terlalu mementingkan kesedapan duniawi.
Mereka inilah yang disebut dengan ‘Wali Allah’.
‘Wali Allah’ ada pada setiap masa dan zaman tetapi mereka agak susah untuk dikenal pasti.
Jadi “wali” adalah “Al Qareeb” yaitu orang yang dekat kepada Allah dan “kaafir”
(orang yang tidak beriman) adalah “Al Ba’eed” yaitu orang yang jauh dari Allah.
Wali adalah orang yang dekat dengan kasih sayang Allah dan ampunanNya manakala orang kafir adalah orang yang jauh dari kasih sayang dan ampunanNya.
Allah swt berfirman :
“Katakanlah : “Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang –orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.” (QS Fusshilat : 44)

Allah swt berfirman :
“Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan). (QS Al `Alaq :19)Jadi Allah swt menginginkan kita untuk mendekatkan diri kepadaNya, bukan kepada orang-orang kafir, orang-orang Musyrik dan mereka-mereka yang mengambil hukum selain hukum Allah.
‘AL WALI’ ADALAH  MEREKA YANG SALING MENGASIHI KERANA ALLAH SWT
Golongan inilah yang cuba dijelaskan oleh Rasulullah saw kepada Saidina Umar Ibnu Al Khattab ra dalam dialog mereka :
Rasulullah saw berkata :
Para Nabi dan para syuhada’ akan cemburu kepada segolongan hamba Allah kelak di akhirat kerana kedudukan mereka yang tinggi di sisi Allah padahal mereka bukan para Nabi.
Umar bertanya : Siapakah mereka wahai Rasul?
Rasululullah saw menjawab :
Mereka ialah satu kaum yang saling mengasihi sesama mereka semata-mata kerana Allah, bukan kerana hubungan silaturrahim atau kerana harta. Demi Allah, sesungguhnya wajah mereka bercahaya, mereka memiliki beberapa mimbar yang bercahaya. Mereka tidak takut di kala manusia lain merasa takut, dan mereka tidak sedih di kala manusia lain merasa sedih. Lalu Rasulpun membaca ayat 62-63 dari surah Yunus :
“Ingatlah, sesungguhnya Wali-Wali Allah itu tidak ada kekhuatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Iaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. (QS Yunus : 62-63)

Seseorang itu dikatakan seorang ‘wali’ dari ‘Auliyaa’Allah’ apabila :
  1. Ia berbicara tentang kebenaran.
  2. Ia menyeru kepada kebaikan.
  3. Ia mencegah kemungkaran.
  4. Ia berjihad di jalan Allah.
  5. Ia menegakkan Agama Allah.
  6. Ia memikul dan meneruskan amanah dan risalah para nabi dan rasul.
Semua hamba Allah adalah sama, akan tetapi Allah meninggikan mereka yang memiliki ketaqwaan yang lebih (Takut terhadapNya) .
Allah swt berfirman :
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang-orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Al Hujuraat : 13)

Junaid Al Baghdadi pernah ditanya,
“Apakah wali adalah orang yang berjalan di atas bumi?”
Beliau menjawab, “Tidak.”
“Apakah orang yang berjalan di atas air?”
Beliau menjawab lagi “Tidak.”
Lalu beliau menambah,
“Wali adalah orang yang kamu lihat di tempat yang halal (memenuhi kewajibannya) dan kamu tidak menemuinya di tempat yang haram. Sesuatu yang membuat kamu dekat kepada Allah akan membuatmu merasa tinggi, tenang, gembira dan beruntung”.

Oleh kerana itu, Wali berada di tempat yang Allah menginginkannya berada dan tidak ada dari tempat yang Allah tidak inginkan dia berada di sana.
‘AL WALI’ ADALAH  MEREKA YANG BERIMAN DAN BERTAQWA
Berdasarkan huraian ayat-ayat Al Qur’an dan hadis Nabi saw di atas dapatlah disimpulkan bahwa syarat utama untuk menjadi ‘Wali Allah’ ialah :
  1. Iman.
  2. Taqwa.
Kasih sayangNya terbuka kepada setiap orang. Peliharalah diri kita untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang difardhukan dan jauhkan diri kita dari apa yang Allah larang kerana hal ini akan menyebabkan kita menjadi salah seorang dari ‘Auliyaa’ Allah’.

Allah swt berfirman :
“Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhuatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Iaitu) orang-orang yang beriman dan mereka sentiasa bertakwa,. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (QS Yunus : 62-64)
‘AL WALI’ ADALAH  PENOLONG AGAMA ALLAH SWT.
Orang yang menolong agama (Deen) Allah adalah ‘Auliyaa’-Nya’ dan Allah berjanji untuk menolong mereka dan menjadikan mereka teguh dalam pendiriannya.

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. ” (QS Muhammad : 7)

Jika kita menegakkan perintah Allah bererti kita menolong agamaNya, kemudian Dia (Allah) akan menolong kita. Apbila manusia memenuhi perintah Allah, maka akan diberikan kekuasaan oleh Allah terhadap DeenNya di muka bumi.
Allah tidak memerlukan pertolongan kita, namun, jika kita menolong DeenNya maka Dia (Allah) akan menolong kita.
Mudah untuk mengatakan, “Satu juta ringgit” akan tetapi tidak mudah sebenarnya mengumpulkan wang sejumlah itu.
Begitu juga sebagai perbandingan bahwa amat mudah untuk menyebut, “waliyullah” akan tetapi menjadi ‘wali Allah’ adalah sesuatu yang berbeza.
Tingkatan atau kedudukan tertinggi dalam makna perkataan ini adalah menjadi “Abdullah” (hamba Allah), bukan menjadi seorang doktor, jurutera, ahli politik atau sesuatu yang lain.
Kehormatan tertinggi serta memiliki hak-hak yang istimewa hanya mampu diraih apabila ia mencapai keridhaan Allah bukan tingkatan PhD, Degree atau Diploma.
Tidak akan menjadi hamba yang dekat dengan Allah kecuali kerana dia memenuhi apa sahaja yang Allah wajibkan ke atasnya untuk dilakukan seperti :
  1. Menegakkan solat.
  2. Membayar zakat.
  3. Memberi nasihat kepada sesama muslim.
  4. Menyeru kepada kebaikan.
  5. Melarang keburukan.
  6. Berjihad dan berusaha untuk menentang hukum-hukum buatan manusia dan perlakuan syirik.
  7. Mengajar manusia tentang Islam.
  8. Berjuang untuk mengembalikan semula khilafah yang telah hilang.
  9. Membantu mereka yang memerlukan.
dan berbagai kewajiban lain.
Jadi, jika kita melakukan yang ‘fardhu’ (wajib) maka kita akan menjadi orang yang dekat kepada Allah dan jika kita gagal mengerjakannya, maka Allah akan menghukum kita.
Jika kita telah mengerjakan kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan, setelah itu kita mengerjakan pula amalan-amalan ‘Nawafil’ (sunat-sunat) , maka inilah yang akan membuatkan kita lebih dekat kepada Tuhan kita.
Orang yang menjadi ‘wali Allah’ akan dilindungi oleh Allah swt. Allah akan menjadikan ia kebal terhadap bisikan syaitan di mana :
  1. Allah akan mencegah pendengarannya dari mendengar sesuatu yang dilarang.
  2. Allah akan mencegah matanya dari melihat apa-apa yang terlarang.
  3. Allah akan mencegah lisannya dari kata-kata yang buruk.
  4. Allah akan mencegah perbuatannya dari mengerjakan sesuatu yang haram.
Inilah yang dimaksudkan oleh hadist :
“… Dan ketika Aku mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengarannya yang ia mendengar dengannya, penglihatannya yang ia melihat dengannya, tangannya yang ia bergerak dengannya dan kakinya yang ia berjalan dengannya…”

Oleh itu marilah kita lakukan yang ‘fardhu’ dan tambah dengan yang ‘sunat’ serta jauhi yang ‘haram’ maka dengan itu kita akan dicintai oleh Allah swt dan menjadi salah seorang dari ‘Auliyaa’Nya’, InsyaAllah.
Ya Allah, jadikanlah kami wali-waliMu yang sentiasa menolong, membantu dan mengukuhkan DeenMu di muka bumi ini. Berilah perlindunganMu kepada kami agar setiap anggota tubuh badan kami serta hati kami akan terhindar dari bisikan dan hasutan syaitan sehingga kami menjadi orang-orang yang dekat denganMu, dicintai olehMu dan berhak mendapat  pertolonganMu.

Sumber : http://ikramuke.org/v3/?p=180
         Kehidupan nyata ini merupakan kumpulan  ayat-ayat Allah. Setiap bertemu orang hamba Allah berppikir merenungkan apakah ada ayat-ayat dia. Bertemu orang yang baik maupun agak kurang baik selalu ada dalam fenomena tersebut ayat-ayat Allah.
         Pernah suatu ketika (ada cerita) hamba Allah bertemu yang sulit untuk dinasehati. Hamba Allah merenung, bertafakur apa artinya semua ini ya allah? Hamba hanyalah seorang makluk yang lemah lagi kecil dan hina. Tidak mungkin tahu kalau tidak ada yang memberi petunjuk.
         Inilah gambaran dari ayat-ayat Allah dalam kehidupan ini. Ayat yang tidak tertulis tetapi sangat fasih dalam bercerita dan memberikan nasehat pada hamba Allah.
                 Setiap hamba Allah memiliki keunikan tersendiri di dunia ini. Hamba Allah ada yang diciptakan oleh Nya dalam keadaaan sakit selama 2 tahun. Hamba Allah ini seorang laki-laki yang punya anak dan istri. Dia hidup di kota besar. Kebutuhan hidup tentu menuntutnya untuk menafkahi keluarganya. Apa daya sang Khaliq memberinya sakit yang parah tidak bisa bangun dari pembaringannya, tidak bisa wudhuk dengan jalan kaki ke kamar mandi. Hamba Allah ini ketika mau berwudhuk harus merangkak sedikit demi sedikit. dalam sakitnya selama 2 tahun ini berbagai dialog, bermacam-macam rintihan hati telah disampaikan pada Allah. berbagai permintaan maaf telah menjadi kegiatan sehari hari.
Allah maha bijaksana, suatu ketika beliau deberikan kelebihan oleh Allah bisa menyimpulkan untaian kata mutiara,"sabar itu tidak ada batasnya"
                  Bagi sebagian orang berpendapat bahwa "sabar itu berbatas" memang itulah makam dan derajat yang diberikan Allah pada hamba Nya. Berkah kesabaran hamba Allah ini memiliki fasilitas serba mewah di hadapan Allah. Hamba ini mampu meleburkan diri dalam naungan sifat dan karakter menjadi manusia berhati malaikat Allah. Hati yang suci bersih dan selalu berusaha menjaga istiqomah untuk memperbaiki diri. Menjaga diri dari potensi diri untuk meniru sifat dan tindakan yang tidak diridhio Allah.
Manakala hamba Allah selalu menempatkan diri pada sifat dan berperilaku malaikat maka Allah akan memberikan sirri (rahasia Allah) akan diberikan pada hamba Allah ini. Sirri Allah akan semakin kuat dan kokoh ketika hamba Allah pernah mengalami hidup dalam kematian. Hidup yang tidak hidup mati tidak mati.         
                Dalam kondisi demikian hamba Allah akan ingat dan selalu berdzikir pada Allah. Mungkin inilah yang dimiliki oleh orang jaman sebelum kemerdekaan. Hidup bangsa dan rakyat Indonesia teraniaya terjajah di negeri sendiri. Tekanan dan himpitan ketakutan akan keselamatan nyawanya membuat rakyat Indonesia berani dan kekuatan batin dan tenaga. Kalau tidak terhimpit dan terancam keselamatannya tidak akan kita temui pada suhadah dan pejuang yang mau mengorbankan dirinya di medan pertempuran melawan penjajah.

Hamba Allah adalah seorang yang terus menerus terdampar dalam kepulauan Allah. Ibarat kapal yang berlabuh di lautan menuju kepulauan harapaan. Tiba-tiba badai datang menghancurkan kapal yang ditumpangi hamba Allah. Kemana hamba Allah akan minta pertolongan? jawabannya kepada Allah. kepanikan  tidak memberi ruang untuk meminta tolong pada manusia. Inilah cara Allah memberikan jalan pada hambay yang lupa pada Nya. Ketika hamba terus menerus dalam dekapan-Nya itulah yang diharapkan oleh Allah. Berlama-lama ada pada pelukan Allah akan membimbing hamba Allah merasa menyatu dengan Nya. Menyatu dalam ilmunya, menyatu dalam sifat Nya. Kadang hamba Allah lupa bahwa dirinya ada di alam dunia. Dunia ini sangat sempit dan singkat tidak cukup waktu untuk menjadi kekasih Allah bila orientasi manusia hanya pada pikiran yang hedonis. Kecintaan yang mendaging pada dunia material semata.